Impian 25 tahun yl.

(makalah ini disampaikan dalam forum seminar Perayaan Hari Pangan Sedunia, tg 15 Oktober 2015, di Ganjuran, oleh penulis)

Makalah ini bisa dibaca langsung di website ini atau Anda bisa download klik disini.

Prakata.

Dua puluh lima tahun dalam sejarah adalah semacam tonggak yang dipancangkan saja sebagai pengingat akan deretan peristiwa. Peristiwa puncak / kunci itu mungkin telah diawali beberapa waktu sebelumnya dan mungkin bekelanjutan pula.

Tulisan ini semoga merupakan kesaksian dan menjadi pelajaran bermanfaat untuk para pemimpi, agar tegas apa atau mana impiannya dan apa serta mana yang menjadi pencitraannya. Sebagai saksi peristiwa saya mau mencoba menghadirkan apa yang dipikirkan dan dipahami ketika itu.

“Membangun Pertanian dan Pedesaan Yang Lestari” selanjutnya diperluas dengan : “Membangun Kenelayanan dan Pertanian serta Pedesaan yang Lestari”.  Khususnya frase pertama adalah kesimpulan pokok (operasional) didalam naskah yang kemudian disebut dengan : “Deklarasi Ganjuran”. (pasti ada dukungan rasional untuk itu)

scan

Pada tahun 1990, 25 tahun yang lalu, terhimpun beberapa kelompok petani dari Kulon Progo (DIY), Bantul (DIY) dan Klaten, diruang besar milik Panti Asuhan St.Maria Ganjuran, desa Sumbermulyo, kecamatan Bambanglipuro, kabupaten Bantul, DIY. Dihadiri pula beberapa utusan dari luar negeri. Sarasehan atau musyawarah, yang melahirkan Deklarasi Ganjuran itu disponsori oleh A.I.S.A.ke V, sebuah lembaga milik Federasi dari Konperensi Uskup Asia.(FABC).

KWI dengan sebuah organnya “Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sosial” (LPPS), yang mendapat giliran menjadi tuan rumah penyelenggaraan musyawarah kegiatan social se Asia (AISA ke lima tsb) meminta kepada Pastor Gregorius Utomo pr, yang sudah dikenal sebagai pegiat social pertanian untuk membuat ajang gelar acara eksposure bagi musyawarah AISA V itu. Kebetulan pastor ini bertugas sebagai pastor kepala di Paroki Hati Kudus Ganjuran. Permintaan AISA V ini sudah dikirim lama sebelumnya untuk bulan Juni tetapi karena Paroki Ganjuran mulai April hingga Juni ada acara sendiri maka terjadi kesepakatan untuk diselenggarakan pada bulan Oktober. Dan itu dijatuhkan pada tanggal 16 Okktober untuk sekaligus merayakan Hari Pangan Sedunia. Kesepakatan hari inipun menjadi cirri, warna kesepahaman tentang thema, cakupan thema, dan warna dan bentuk yang akan disajikan sebagai eksposure.

  1. HARI PANGAN SEDUNIA.

a. Dasar Keputusan : Sidang FAO ke 20, Nopember 1979, dimana seperti tahun ini Indonesia ikut serta hadir.

b. Dimulai :tahun 1981, 16 Oktober , hari lahir FAO, yang ke 22

c. Tujuan :

  • Peningkatan kesadaran akan masalah pangan dan kesetia kawanan untuk itu di tingkat nasional maupun internasional.
  • Ajakan Partisipasi kepada kelompok yang tidak diperhitungkan (perempuan, dan kelompok2 marginal, orang desa dan lain-lain) untuk mengambil keputusan lebih-lebih terhadap nasib mereka sendiri.

d. Thema : dari FAO disebarkan sebuah thema untuk memberi fokus dan panduan menuju kepada tindak lanjut yang nyata sesuai dengan perkembangan situasi dalam bidang pangan dan permasalahannya. Untuk tahun 2006 : “ Investing in agriculture for food security ”.

Dari tahun 1983, thema HPS selalu cenderung bersifat memihak kepada kelestarian lingkungan. Misalnya th 1989:  Peningkatan Produksi berwawasan lingkungan.

Tahun 1990 :  Pangan untuk hari depan. (di Ganjuran, Kab.Bantul)

Tahun 1991 :  Pepohonan untuk kehidupan (di Wates, Kab.Kulon Progo,DIY)

Tahun 1992 : …………………………………………( di Pakem, Kab.Sleman,DIY)

Tahun 1993 :  Pelestarian dan Pemanfaatan Keanekaragaman Sumberhayati (di Boyolali, Jateng. Mulau masuk para Nelayan…)

Tahun 1994 :    Air untuk Kehidupan (di Tulungagung Jatim,)

Tahun 2005 :   Dialog budaya dan Pertanian. (di Bandarlampung)

Tahun 2006 : “Investing in agriculture for food security”. (di Keuskupan Purwokerto)

Tahun 2007  :  …… mulai sudah dilontar Green Youth Educaton dan Hak Anak

Kondisi Global dan makna lokal harus digali dari thema itu dan dikedepankan pada acara-acara kegiatan nyata. Termasuk sedikit menggeser tekanan perhatian.

  1. ACARA EKSPOSURE AISA V. 1990.

Eksposure adalah obyek peninjauan bagi peserta seminar, musyawarah, atau sarasehan yang membahas sesuatu topic, dalam pembahasan mana dibantu dengan peninjauan lapangan agar melihat praksis-praksis kegiatan yang menjadi materi pembahasan.

Acara di Ganjuran pada dasarnya adalah acara eksposure AISA V, kegiatan disposori, didukung oleh Gereja dengan KWI, melalui LPPS Jakarta. Pertemuan yang bersifat internasional. Dan sifat ini didukung oleh Bp.Bupati/Kepala Daerah Kab.Bantul. Tamu dari luar negeri diterima sebagai tamu Pemda Kabupaten. Semua itu atas “usulan” dari Sr.Sicilio CB. Tokoh tokoh dalam Dewan Paroki beberapa adalah eksponen di pemerintahan setempat.

  1. Persiapan dan gelarnya

Romo G.Utomo pr. Yang pecinta pertanian sebagai gembala sudah mempersiapkan semacam pastoral pertanian/lingkungan dan kegiatan social. Kunjungan dan ajakan untuk kegiatan pertanian pedesaan, seperti cara bertani, beternak, berkebun menjadi perhatian yang menarik bagi umat. Ajakan kunjungan saling mengunjung antar aktivis paroki dibidang kegiatan social, ketua PSE paroki, aktivis LSM, diajak rutin sebulan sekali berkunjung ke paroki lain, seperti ke pusat pendidikan di Salatiga, dirumah aktivis di Ungaran, di Kalasan, di Kulon Progo dll. Semua itu menumbuhkan kader ditingkat sub paroki (lingkungan,wilayah) ataupun beberapa ditingkat paroki. Dalam kesiapan SDM dan wacana pertanian dan pedesaan, dilontar wacana keprihatinan tentang Pangan secara intensip dengan visi/misi HPS. Seperti diungkapkan diatas tentang HPS visi FAO.

Maka gelar perayaan HPS di Ganjuran menjadi perayaan (conselebrasi doa) di barengi perayaan rakyat (conselebrasi karya, Gereja, Rakyat, bersama pemerintah). Didalam kita merayakan Missa Syukur atas Pertanian Sumber Pangan kita, dan Seminar aktivis selama tiga hari, diluar ada gelar seni rakyat, pasar malam selama 3 hari juga, dan Dialog terbuka Bp.Bupati yang saat itu juga mensosialisasikan Semangat Projo Tamansari Kabupaten Bantul, semacam arahdasar kebijakan Pemda.

Gaya menjadi Ciri “melibatkan semua potensi masyarakat dari semua lapisan” itu dilanjutkan pada setiap perayaan HPS seterusnya. Ciri kedua : Perayaan umat dan Perayaan Rakyat, pesta seni, dan gelar promosi serta edukasi, Ciri ketiga : seminar, sarasehan, mengundang pakar Perguruan Tinggi setempat untuk membahas issue2 aktual di bidang social pedesaan dan pertanian.

Tindak lanjut dari Deklarasi Ganjuran pada walnya memang menjadi keprihatinan Rm Utomo pr. Romo mengutus aktivis Paroki untuk bertamu bahkan mohon dikumpulkan petani dari paroki yang mendapat kunjungan. Saat itu Almarhum Bp. Y.Soekarji juga karyawan Diperta Kabupaten Bantul, didampingi Bp. Panggih Saryoto dan saya mengunjungi 22 paroki se DIY, untuk sosialisasi Deklarasi Ganjuran. Di Ganjuran dengan dukungan LPPS KWI mendorong adanya tim yang berlanjut menyelenggarakan perayaan HPS seperti dijelaskan dimuka. Tim ini berkembang sehingga sekarang disebut Sekretariat Pelayanan Tani dan Nelayan HPS. Lembaga ini diprakasai oleh Musyawarah Wakil kelompok tani yang hadir di Perayaan HPS Wates untuk mempersiapkan penyelenggaraan dan menindak lanjuti hasil Perayaan HPS di Pakem.

Di Perayaan HPS Wates yang dihadiri oleh peserta wakil petani utusan paroki, dihadiri wakil dari LPPS KWI, dan Rm Suhartono pr, selaku Vikep DIY, membuat pernyataan bahwa Gerakan Petani HPS adalah gerakan otonom, disponsori Gereja bukan lembaga gerejani. Dan di Pakem Sekretariat Pelayanan diresmikan.

  1. Deklarasi Ganjuran

A. ISI PESAN

a. Pembukaan

Disana disebutkan peserta dari luar negeri dan dalam negeri. Disebut pula AISA ke V, PSE dari FABC.  Narasumber ternyata ada Bupati, Cendekiawan Gereja dan perguruan tinggi. Dan waktunya pada perayaan HPS. Prosesnya : menggali pengalaman, meninjau lapangan, refeksi/ diskusi, membuat kesimpulan, sampai pada niat.

b. Pernyataan

1.Kepedulian:

  1. Mayoritas penduduk Indonesia adalah petani.
  2. Relatip kesejahteraan petani yang “berjasa” tertinggal
  3. Petani kehilangan kebebasan bertani sesuai aspirasinya.

 

2.Refleksi :

  1. Petani sebagai pangkal dan tujuan pembangunan Indonesia.
  2. Presiden mengakui pentingnya pendapat alternatip, keterbukaan, dan bottom up system.
  3. Dalam Pancasila ada kesetia kawanan social, dan demokrasi.
  4. Pembangunan nasional memperhatikan pelestarian alam dalam peningkatan produksi.
  5. Tanah, air dan alam anugerah Allah harus dipelihara untuk kesejahteraan umum dan sebagai ungkapan syukur dan cinta sesama.

3.Himbauan :

  1. Kepada Pemerintah:

 

  • Agar mendukung dan melindungi prakarsa petani dalam bervisi.
  • Berwawasan lingkungan
  • Murah secara ekonomis
  • Sesuai budaya setempat
  • Berkeadilan social
  • Dengan pendekatan holistic dan berkelanjutan
    • Agar mendukung dan melindungi prakarsa petani dalam bertani sesuai aspirasi.
    • Agar mendukung dan melindungi prakarsa petani dalam berorganisasi sesuai kebutuhan dan aspirasi petani

 

b).Kepada Gereja :

  • Agar lebih menampakkan perhatian, keterlibatan, dan kepeduliannya kepada nasib petani.
  • Agar membantu perorangan, lembaga/paguyuban dalam usaha pengembangan dan penelitian pertanian lestari
  • Agar membina jaringan petani lestari
  • Agar membantu petani dengan media komunikasi/informasi antar peneliti, pendamping petani dan petani.

 

d).Kepada diri petani sendiri ; niat :

  • Mulai mengembangkan pertanian lestari ditempat masing2
  • Membentuk dan mengembangkan wadah serta jaringan kerjasama antara kaum petani.
  1. Pengembangan dilanjutkan pada setiap Pernas

 

Pernyataan-pernyataan hasil kesepakatan tani di tahun 1990 ini diterima sebagai visi misi Gerakan Hari Pangan Sedunia. Gerakan itu sendiri dijabarkan dari dua butir pokok kesepakatan diksi terakhir :

  • Menerapkan dan Mengebangkan pertanian yang lestari berwawasan lingkungan diwilayah kami masing-masing.
  • Membuat wadah serta jaringan kerjasama diantara kaum tani.

Adapun sebagai visi dijabarkan dari kata lestari yang pada bagian tengah (sub III.1.a.) ditegaskan maksud kata lestari. Yaitu: “mengembangkan model pertanian yang berwawasan lingkungan (ecologically sound), murah secara ekonomis (economically feasible), sesuai dengan budaya setempat (culturally adapted) dan berkeadilan social (socially just) sesuai dengan semangat pembangunan berkelanjutan.” (holistic). Pertemuan Nasional setiap tahun akan selalu mengembangkan dan menyempurnakan aplikasi dari visi misi ini.

Dua kesepakatan tersebut dimuka diberi pertimbangan berdasarkan masukan dari nara sumber dan juga didukung oleh pertimbangan hasil pengamatan peserta seminar :

  1. kepemilikan lahan semakin sempit, dan kerusakan tanah semakin dirasa menyempitkan pendapatan petani.
  2. tidak adanya kebebasan dalam bertani, berorganisasi dst. Padahal barang siapa menguasi bibit, dia mengasai kehidupan.

Selanjutnya para petani ini tidak lagi membuat organisasi tetapi akan mengelompok dalam satu gerakan Keluarga Besar Petani Hari Pangan Sedunia. (harap bisa dimaklumi beda Gerakan dan Organisasi, yang masing masig agak berbeda didalamsifat keanggotaan, Dasar kegiatan, dan dinamikanya.)

Setiap tahun berlanjut dalam perteemuan nasional, DG. Ditinjau dau disempurnakan. Seperti di Wates ada “Kesepakatan Wates”, berisi strategi posisi dan kegiatan paguyuban tani, non gerejani, hubungan kemitraan dengan Gereja. Dan di Pakem Kab.Sleman, “Hasil Kesepakatan Pakem 1992”, dibentuknya secretariat pelayanan. SPTN ini diteguhkan lagi sebagai lembaga mandiri di topang oleh LPPS, juga bukan Sekber dibawah Pernas, disepakati pada Pernas di Boyolali.1993. Dari Boyolali mulau bergabung Nelayan, dan resmi di Pertemuan berikutnya di Tulungagung.

  1. Pembelajaran

 

  1. Tahun 1990 di Indonesia diselenggarakan perayaan Hari Pangan Sedunia yang khusus oleh pihak swasta, yang kemudian melahirkan Gerakan dan Paguyuban Tani dan Nelayan Hari Pangan Sedunia, Yang oleh FAO direstui dengan diperbolehkan memakai loggonya.
  2. Perayaan dan Tindakan nyata. “Tindakan nyata” harus mengikuti “Perayaan”. Banyak pihak hanya sampai pada perayaan tanpa menemukan makna perayaan dengan menindak-lanjuti dengan tindakan nyata.
  3. Dalam pemikiran menegaskan kegiatan sebenarnya Hari Pangan Sedunia boleh saja dilihat semata sebagai PELUANG – MOMENTUM atau kesempatan yang membawa berkah untuk suatu tujuan baik yang dirancang. Misalnya untuk aktualisasi kesadaran terhadap barokah yang kita terima dibidang Pangan.
  4. Dari sisi edukasi dan Pewartaan sejak awal Rm G. Utomo pr mempunyai strategi system tetesan minyak diatas air. (olie flect-system).
  5. Penghayatan iman terhadap Berkah dalam bidang pangan perlu dikedepankan.
  6. Berkah adalah tindakan nyata Allah sebagai tindak lanjut Karya-penciptaanNya. Kita bersyukur terhadap penciptaan dan Penyelenggaraan Illahi dengan menjadi berkah bagi apa saja dan siapa saja. Pangan dan kenyamanan serta kemudahan di negara kita kendati pelbagai krisis tetap saja kita harus bersyukur dan bersetya kawan.
  7. Jangan bertanya apakah Impian ini telah terlaksana nyata sekarang !

Ganjuran,  10 Oktober 2015

Emmanuel Astokodatu

12143149_1166750233338940_5328161734718459352_n

Leave a comment