Penulis tentang penulis

Banyak contoh dan pengakuan Penulis yang menulis setelah membaca. Dengan Membaca penulis itu ada yang mengaku untuk mencoba mengenal, bercermin, mempelajari gaya tulis, selanjutnya terinspirasi, dan lalu menulis..

Saya kutip frase-frase yang menjadi illustrasi atau contoh beberapa hal yang saya paparkan diatas.

1. “Salah satu kebiasaan aku setiap kali selesai membaca suatu artikel yang menarik perhatian aku di Kompasiana ini, biasanya aku langsung meluncur ke lapaknya untuk memperhatikan Profilnya. Ini kebiasaan yang sulit aku hilangkan sejak pertama kali mengenal Kompasiana.Tujuan aku melihat-lihat profil si penulis tersebut sudah barang tentu karena aku ingin tahu lebih lanjut siapa penulis itu. Selain itu, aku juga ingin membandingkan apa yang ia tulis dan apa profesinya. Apakah yang ia tulis itu ada relevansinya dengan apa yang ia lakoni di dunia nyata atau enggak.” Mawalu2 dalam http://www.kompasiana.com/mawalu2/heran-aku-dengan-para-kompasianer-ini_54f83359a3331169638b4e3d

2. “Sengaja saya tulis artikel ini karena sebagai tambahan pengetahuan bagi pembaca, ya sekaligus renungan atas pencapaian menulis. Mengapa? Setelah saya mempelajari berbagai artikel dan gaya tulisan Kompasianer lain, saya merasa bukan siapa-siapa, dibanding tulisan para penulis yang sudah punya ‘nama’.” (http://www.kompasiana. com/dewiwiddie/apakah-kepribadian-seseorang-mempengaruhi-gaya-tulisan_55a8fc91ef7e 6188048b4567)

3. “Saya mendapat inspirasi untuk membuat artikel ‘7 Sumber Pembaca Kompasiana” ini setelah menyimak artikel berjudul ‘Penulis Tidak Butuh Jumlah Pembaca, Benarkah?’ yang dibuat saudara Suko Waspodo, dan juga setelah membaca ‘Artikel Ringan dan Narsis…’ yang dibuat saudari Mike Reyssent”. http://www.kompasiana. com/cermin/7-sumber-pembaca-kompasiana_55a64690f47 e61e408375c3f Yos mo.menulisnya..

4. Disini: http://www.kompasiana.com/dewiwiddie/kompasiana-ketika-opini-dibalas-dengan-opini_55af8cd7d07a 61da2d5d39d9, Nahariyha Dewiwiddie : “Oleh karena itu, jangan takut beropini walaupun isinya tidak selengkap dengan opini teman yang mungkin akan dituliskan kemudian. Tuliskan saja. Jikalau ada teman yang menjelaskan tulisan kita dalam opininya, janganlah iri! Justru hal ini akan memacu kita untuk terus belajar dari tulisannya, dan mendorong kita untuk beropini dengan lebih baik.” 23 Juli 2015 12:07:24 saya memberi komentar : “Hari ini saya hampir saja membatalkan rencana tulisan, karena sepertinya topik saya sudah tidak trendnya lagi, Apalagi kemarin saya baru nulis topik “media” dimana saya mengangkat tulisan anda disini: http://www.kompasiana.com/astokodatu /lesson-learnt-dari-dan-dalam-membaca-dan-menulis_55af4dcddb 937324078cf0bf Membaca tulisan anda yg diatas ini saya lalu mau melanjutkan rencana saya.Maka tulisan ini saya akui “inspiratif”, terima kasih mBak .

Ada Penulis yang bercerita tentang dirinya..Tetapi disini sekarang saya ingin ceritakan dan tulis tentang dia; yaitu Thomas D.Zweifel, PH.D.Dia seorang anggota Federasi Coach Internasional dan anggota Asosiasi Konsultan Komunikasi professional. Sudah dari 1996 dan 1997 diakui sebagai CEO terhebat menurut Wall Street Journal USA. Tetapi yang menarik perhatian saya adalah bukunya yang berjudul : Communicate Or Die.Mencapai Tujuan Dengan Berbicara dan Mendengarkan. Pertama terbit di USA, oleh SelectBooks, 2003, di Jerman, oleh Gabler,2004 dan 2015, di China, oleh penerbit Citic th 2004, di Prancis oleh Edition du Tricorn 2015. Dan di I n d o n e s i a oleh PT.Gramedia Pustaka Utama Jakarta.th..2007. Tentang Penulis ini begitu mudahnya sekarang menemukan informasi mudah diakses dengan klik Google saja. Karya tulis dan ceramahnya merupakan inspirasi strategis dan inovatif bagi pemimpin dan penggerak dibidang usaha, bidang pemerintahan, dan penggerak sosial. Misalnya pendapat yang dipromosikan ini : “Often leaders have a great vision, but don’t know how to communicate their strategies. Just as often, a company’s staff has insight and information that never makes its way to the top. In short, the difference between a good company and a great one may lie in its ability to communicate. Dr. Thomas Zweifel shows how to change the way you speak and listen.” Kutipan diatas juga ditulis dalam Bahasa Indonesia dikulit belakang bukunya yang diterbitkan oleh PT.Gramedia Pustaka Utama tersebut dimuka.

Kembali ke judul, memang dalam buku Communicate Or Die ini Dr.Thomas menulis, dengan kata ganti orang: “saya”, tentang dirinya sendiri. Dalam buku terbitan Gramedia tersebut dimuka tertulis dibawah subjudul: “Tentang Penulis” halaman 121, halaman 122 dst :
1. Saat paling Sulit : Saat tinggal dan bekerja di India, saya nyaris meninggal dunia karena dua infeksi………
2. Pekerjaan paling buruk: Saya pernah memberikan konsultasi kepada sebuah organisasi dimana tak seorangpun saling mendengarkan……
3. Keprihatinan terbesar : Konsumerisme. Ketakutan terbesar saya adalah kita menjadi individu-individu yang pasif, pasrah,tak acuh, dan egois, yang tidak tertarik untuk melayani masyarakat.
4. Pahlawan anda ? : “Dua pemimpin: Churchill, karena menanamkan kepemimpinan dan mengingatkan kita bahwa “kita mencari penghidupan dengan apa yang kita peroleh, tetapi kita menciptakan kehidupan dengan apa yang kita berikan”. Dan Gandhi yang Churchill juluki “orang kecil yang telanjang”, karena mengajari kita tentang “integritas”.

Pengakuan empat butir tersebut menunjukkan latar belakang kehidupan penulis yang pernah dalam kesusahan, dan pandangan kedepan yang mau dijauhi dan bagaimana mau dicapai : dengan kepemimpinan dan integritas.
Dan dari karya (tulis dan ceramah) Dr.Thomas membuktikan keselarasan kesesuaian serta integritas Penulis yang saya bayangkan, seperti beberapa teman penulis ingin lebih jauh mau mengenal kwalitas pribadi penulis yang dibaca karyanya.

Apabila kita mau bercermin dan melihat analogi antara: mendengar/ berbicara, dengan membaca / menulis, kita bisa lebih semangat belajar dari Dr.Thomas Zwiefel PH.D. Dia yang mengajar banyak pemuka usaha maupun masyarakat bahan pemerintahan dengan :
a. Memaksimalkan pemilikan strategi, dan meminimalkan hambatan untuk perubahan
b. Menjadikan mereka komunikator yang berhasil dengan bicara dan mendengarkan secara efektif
c. Menjadikan pemimpin yang mampu menangani secara cerdas keberagaman budaya dan menghindarkan pertentangan yang mahal.
d. Mengikis semangat menunjukkan kekuasaan
e. Merubah gayakerja/kebiasaan pecahbelah dengan “model blusukan”.

Memetik hikmah
1. Memantabkan adagio Kompasiana : Sharing and Connecting
2. Menulis, Berbicara, membutuhkan mengisi amunisi dengan membaca, mendengarkan, dan refleksi, keheningan.
3. Rekan Yos mo, menunjukkan 7 sumber informasi. Saya memberi kesaksian dengan internet sumber itu seperti tidak terbatas.
4. Kerendahan hati dan integritas seperti komitment kesetiaan kepada profesi dibutuhkan tidak saja bagi pemimpin, tetapi juga bagi Penulis.
5. Penulis berpotensi menjadi “pemimpin” yang berpengaruh dengan tulisannya, minimal bagi diri sendiri.. Maka kompasianer tidak layak ketika kehilangan kendali tidak tahan kritik, pemarah dan berkomentar kasar. Ingat “mendengar” dan dialog, efektif berkomunikasi modal untuk menulis dan dibaca.
Salamku hormatku bagi Pembaca Yth,

Leave a comment